Salmon dan Hiu

*Salmon* dan *Hiu*

Pada menu ikan masakan Jepang, ikan salmon akan lebih enak untuk dinikmati jika ikan tersebut masih dalam keadaan hidup, saat hendak diolah untuk disajikan. Jauh lebih nikmat dibandingkan dengan ikan salmon yg sudah diawetkan dengan es.

Itu sebabnya para nelayan Jepang selalu memasukkan salmon tangkapannya ke suatu kolam buatan agar dalam perjalanan menuju daratan salmon-salmon tersebut tetap hidup.
 
Meski demikian pada kenyataannya banyak salmon yang mati di dalam kolam buatan tersebut. Bagaimana cara mereka (nelayan Jepang) menyiasatinya? Para nelayan itu memasukkan seekor hiu kecil di dalam kolam tersebut.

Sungguh Ajaib..!
Hiu kecil itu "memaksa" salmon-salmon untuk terus bergerak agar jangan sampai dimangsa si hiu kecil yang ganas menyerang mereka setiap saat.

Akibatnya banyak ikan salmon yang tetap hidup dan jumlah salmon yang mati justru menjadi sangat sedikit..!

Dari kisah Ikan Salmon dan Hiu ini kita dapat mengambil pelajaran yang sangat berharga yaitu :
.
1. Diam membuat kita Mati...!
2. Bergerak membuat kita Hidup...!
.
Lalu, Apa yg membuat kita Diam?

Saat tidak ada masalah dalam hidup dan saat kita berada dalam zona nyaman.
Situasi seperti ini kerap membuat kita terlena.
Begitu terlenanya sehingga kita tidak sadar bahwa kita terancam mati..!

Dan..., Apa yang membuat kita bergerak..?

Masalah..., sekali lagi..., Masalah....!
Tekanan Hidup.., dan Tekanan Kerja...

Saat masalah datang, secara otomatis naluri kita membuat kita bergerak aktif dan berusaha mengatasi semua pergumulan hidup...

Tidak hanya itu, kita menjadi kreatif, dan potensi diri kitapun menjadi berkembang luar biasa...

Jangan lupa..., bahwa kita akan bisa belajar banyak dlm hidup ini bukan pada saat keadaan nyaman, tapi justru pada saat kita menghadapi badai hidup...

Itu sebabnya syukurilah kehadiran "hiu kecil" yg terus memaksa kita utk berGERAK dan tetap SURVIVE. 

MENTAL BAJA

Palu Menghancurkan Kaca...
Tapi Palu Membentuk Baja...

Apa maknanya?

Jika mental kita rapuh seperti kaca, maka ketika palu (masalah) menghantam, kita akan mudah remuk, putus asa, kecewa, marah dan frustasi.

Jika kita adalah kaca,
maka kita juga rentan terhadap benturan. Kita mudah tersinggung, kecewa, marah, atau sakit hati saat berhubungan dengan orang lain.

Sedikit benturan saja, sudah lebih dari cukup untuk menghancurkan hubungan kita.

“Mental baja” adalah sikap yang selalu positif, bahkan terus bersyukur di saat masalah yang benar-benar sulit tengah menghimpitnya.

Mengapa demikian?

Orang yang seperti ini selalu menganggap bahwa “masalah yang menempa adalah proses kehidupan untuk membentuknya menjadi lebih baik”.

Sepotong besi baja akan menjadi sebuah Pedang yang berdaya berguna setelah lebih dulu diproses dan dibentuk dengan palu.

Setiap pukulan memang sangat menyakitkan, namun mereka yang bermental baja selalu menyadari bahwa itu baik untuk dirinya.

Jika kita adalah “Baja”...
kita akan selalu melihat palu yang menghantam kita sebagai sahabat yang akan membentuk kita.

Sebaliknya jika kita “Kaca” ...
maka kita akan selalu melihat palu sebagai musuh yang akan menghancurkan kita.

Jika hari ini kita sedang di tempa oleh masalah-masalah hidup, Responslah dengan sikap yang Positif dan Optimis.

Jangan rapuh seperti kaca,
tapi jadilah kuat bagaikan baja.

Semoga bermanfaat 😊

BERJUANG SAMPAI MENANG

Hidup adalah perjuangan, 
sebuah perjalanan panjang yang berliku, banyak tantangan dan penuh rintangan.

Adakalanya dihadapkan pada situasi sulit, dengan himpitan masalah dan hambatan.

Yang menuntut kita untuk mengambil keputusan brilian

Namun apa yang sudah dimulai harus dituntaskan

Apa yang sudah dipilih harus bisa dilakukan dengan penuh tanggungjawab hingga benar-benar selesai.

Hidup hanya sekali, lakukan yang terbaik semaksimalnya.

Tidak setengah-setengah menjalaninya, kerjakan dan lakukan dengan penuh upaya.

Jika Anda sudah tekad untuk berjuang, Maka Anda harus menjadi seorang pemenang.

Apa gunanya perjuanganmu ketika harus kalah?

Jika memang Anda sudah tahu akan kalah, lantas mengapa Anda mau berjuang untuk hal yang tidak bisa Anda menangkan?

Jadi, maksimalkan perjuanganmu untuk memenangkan persaingan dan mendapatkan apa yang Anda inginkan.

Semangat 🔥🔥🔥

LALAT dan LEBAH

LALAT DAN LEBAH

Mengapa Lebah cepat menemukan Bunga? Dan
Mengapa Lalat cepat menemukan Kotoran?

Mata Lebah dibuat hanya untuk menemukan Bunga,
Mata Lalat dibuat khusus untuk menemukan Kotoran.

MENGAPA ???

Di dalam pikiran Lebah hanyalah Madu & Madu saja, tidak ada yang lain.
Sedangkan di dalam pikiran Lalat hanyalah Kotoran dan Kotoran saja, tidak ada yang lain.

Maka, susah bagi lebah untuk menemukan kotoran,
tapi mudah & cepat bagi lebah untuk menemukan bunga di manapun.

Sebaliknya, susah bagi lalat untuk menemukan bunga, tapi mudah dan cepat bagi lalat untuk menemukan kotoran di manapun.

Apa hasil akhirnya?

Lebah kaya akan madu yg sangat bermanfaat, sedangkan lalat kaya akan kuman penyakit.

Apa hikmah yang bisa kita ambil dari 2 makhluk ciptaan Tuhan ini ?

Ternyata apa yang kita pikirkan akan menghasilkan apa yang kita lihat dan apa yang kita lihat akan menghasilkan apa yang kita peroleh.

Hidup kita sangat tergantung pada Hati & Pikiran kita.

Kalo Hati & Pikiran selalu Negatif, Sudah pasti apa saja yang kita lihat akan selalu menjadi Negatif dan hasil akhirnya adalah sebuah kehidupan negatif yang penuh permasalahan.

Kalo Hati dan Pikiran selalu Positif, pasti apa saja yang kita lihat akan selalu menjadi Positif & hasil akhirnya adalah kehidupan positif yang penuh kebahagiaan.

Pilihan ada di tangan kita sendiri.

"Perkataan yang menyenangkan adalah ibarat seperti sarang madu, manis dan memberi manfaat untuk alam semesta.

Semoga bermanfaat dan kita semua adalah orang-orang yang menghasilkan 'madu' yang memberi manfaat untuk orang banyak.

Selamat pagi,selamat beraktivitas.
💪💪😇😇

Gaji dan Rezeki

Mau dapat gaji atau rezeki?


Gaji itu ada slipnya
Rezeki tidak ada

Gaji itu dari Boss
Rezeki itu dari Allah

Gaji itu hanya uang,
Rezeki bisa berupa banyak hal.

Gaji itu dijemput dengan kerja.
Rezeki itu dijemput dengan taqwa.

Gaji itu sudah terduga,
Rezeki itu seringnya tak terduga.

Gaji mungkin sudah besar, tapi terasa kurang,
Tapi rezeki berkah itu, selalu mencukupi, meski tak seberapa

Gaji harus dikejar, dicari dan diusahakan dengan bekerja.
Namun rezeki bisa datang bagi orang yang bertaqwa.

Tidak semua orang memiliki gaji, tetapi setiap orang memiliki jatah rezekinya.

Gaji tidak menentukan batas akhir ajal seseorang, 
tetapi rezeki bila telah genap diterima seseorang, maka itulah saatnya ajal tiba.

Gaji memungkinkan tertukar dengan lain orang, 
tetapi rezeki tidak akan pernah ketukar.

Besaran gaji ditentukan oleh masa kerja dan kinerja, 
sementara besaran rezeki ditentukan amal shaleh dan takwa.

jadi mau dapat gaji atau rezeki?
mau dapat keduanya?
CERDASSS 😁😁

Sejarah Lockdown

*_Sejarah merupakan bagian dari data Statistik_*
----------------------------------------------------------

*Coronavirus, Lockdown, dan Ironi Negeri Muslim Terbesar*

Oleh: Harun Husen

Di laman Newsweek, 17 Maret, seorang profesor, Dr Craig Considine, menulis sebuah artikel menarik. Judulnya, “Can the Power of Prayer Alone Stop a Pandemic like the Coronavirus? Even the Prophet Muhammad Thought Otherwise”.

Artikel itu tentang wabah coronavirus, yang kini telah menjadi pandemi global. Editor Newsweek, memberi artikel itu ilustrasi Ka’bah dan pelatarannya yang putih susu.

Pada dua paragraf awal Dr Craig membahas tentang pandemi global Covid19 dan cara membendungnya. Para ahli imunologi seperti Dr Anthony Fauci dan Dr Sanjay Gupta, tulisnya, menyatakan bahwa cara paling efektif untuk mengatasinya adalah dengan menjaga kebersihan, melakukan karantina, dan mengisolasi diri dari orang lain.

Para paragraf ketiga, dia menyampaikan sebuah pertanyaan. Sebenarnya lebih merupakan pernyataan. Berkata Dr Craig, “Taukah Anda siapa lagi yang menyarankan menjaga keberhasihan dan karantina selama pandemi berlangsung?”

*“Muhammad, Nabi umat Islam, lebih dari 1.300 tahun silam,”* tulisnya.

Nabi Muhammad, Dr Craig menambahkan, bukanlah seorang ahli tradisional dalam soal penyakit mematikan. Namun, tulisnya, “Nabi Muhammad telah menyampaikan nasihat yang sangat baik untuk mencegah dan memerangi perkembangan [penyakit mematikan] seperti Covid19.”

Dr Craig kemudian mengutip hadits yang dia maksud. “Muhammad bersabda: ‘Jika engaku mendengar wabah melanda suatu negeri, jangan memasukinya; tetapi jika wabah itu menyebar di suatu tempat sedang engkau berada di dalamnya, jangan tinggalkan tempat itu’.”

Yang dikutip Dr Craig adalah hadits shahih yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim. Kisah lengkap tentang hadits ini, yang berkaitan dengan peristiwa di zaman Khalifah Umar, lihat pada tulisan “Lockdown Era Umar bin Khattab”.

Masih mengutip hadits, Dr Craig –yang belum lama ini menulis buku berjudul “Humanity of Muhammad: A Christian View” (Blue Dome Press, 2020)– menulis: “Dia (Nabi Muhammad) juga berkata: ‘Mereka yang telah terinfeksi penyakit menular, harus dijauhkan dari yang sehat’.”

Ini juga hadits shahih yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah. Formulasi lain hadits ini dalam bahasa Indonesia, adalah “Janganlah yang sakit dicampurbaurkan dengan yang sehat.”

Sekarang semua anjuran Nabi tersebut, secara kebetulan telah menjadi jurus banyak negara dalam menghadapi pandemi global coronavirus. Mulai dari negara komunis, Hindu, Kristen, Katolik, liberal, sekuler, dan lain-lain, melakukan lockdown. _Ironisnya, Indonesia yang merupakan negara mayoritas Muslim, justru mengabaikan pesan Sang Nabi_.

Alih-alih, kita malah melakukan langkah sebaliknya. Saat Cina sedang diharubiru coronavirus, yang memaksa negara itu melockdown Wuhan hingga menutup Kota Terlarang, kita (kita?) malah mengundang turis masuk ke negara ini, bahkan dengan iming-iming diskon.

Kedua, saat orang terinfeksi mulai ditemukan, kita sama sekali tidak mau melakukan karantina wilayah. Akibatnya, kini virus telah menyebar di sebagian besar provinsi di Indonesia. Yang terinfeksi dan meninggal semakin banyak.

Saat situasi semakin buruk, malah terdengar skenario melakukan _herd immunity_. Skenario yang seakan menyerahkan anak bangsa ini menjadi hidangan virus korona. Silakan bertarung sendiri melawan virus itu melalui mekanisme seleksi alamiah. Survival of the fittest.

Sejak lama, para ahli menyatakan mortality rate virus ini adalah dua persen. Jadi, peluang Anda hidup adalah 98/100. Pastikan saja anda tidak termasuk yang dua persen.

Lalu, berapa dua persen orang Indonesia? Sekarang penduduk kita sekitar 270 juta. Kalau skenario herd immunity benar-benar tega dijalankan, maka yang akan mati adalah sekitar 4,5 juta orang. Seberapa banyak itu? Bayangkan saja Singapura dijatuhi bom atom, dan seluruh penduduknya mati. Sebanyak itulah nanti yang mati.

Itu pun kalau benar-benar dua persen saja yang mati. Sekarang, berdasarkan data Worldometer sampai dengan Sabtu sore ini, kasus positif coronavirus berjumlah 601.010, dengan tingkat kematian 27.432, atau 4,56 persen.

Lalu bagaimana kalau tingkat kematian herd immunity sampai 4,5 persen? Jumlahnya tinggal dikali dua. Maka, yang mati sekitar 12 juta orang. Jumlah yang mati akan lebih banyak daripada penduduk Jakarta.

Inggris, yang disebut-sebut mencoba menerapkan skenario herd immunity, gagal dan diobrak-abrik virus ini. Bahkan, perdana menteri dan pewaris tahta inggris, berhasil diinfeksi virus ini.

Para ahli pun menentang skenario kejam tersebut. Bukan hanya akan mengorbankan jutaan nyawa, skenario ini pun penuh dengan ketidakpastian. Seorang peneliti mengatakan virus ini baru memulai perjalanan evolusinya. Di Wuhan maupun Jepang, sudah didapati kejadian ganjil, orang yang sembuh, ternyata bisa terinfeksi lagi. Bahkan di Wuhan angkanya sampai lima persen. Berita lain menyebut angkanya sampai 14 persen.

Nabi, sejak 14 abad silam, tidak pernah menyarankan skenario kejam seperti itu. Nabi mengajarkan karantina, isolasi, dan menjaga kebersihan.

Mari kita tengok lagi tulisan Dr Craig, yang basah kuyup oleh guyuran hadits. Nabi Muhammad, tulisnya, sangat mendorong manusia mematuhi praktik higienis yang bakal membuatnya aman dari infeksi. “Pertimbangkan hadits-hadits ini, atau perkataan Nabi Muhammad:”

“Kebersihan adalah sebahagian dari iman.”

“Cucilah tanganmu setelah bangun tidur; kamu tidak tahu ke mana tanganmu bergerak saat tidur.”

“Keberkahan makanan terletak pada mencuci tangan sebelum dan setelah makan.”

Lalu, bagaimana jika seseorang jatuh sakit? Nasihat apa yang akan diberikan Nabi Muhammad kepada sesama manusia yang sedang didera rasa sakit? Dr Craig kembali bertanya, retoris.

Jawabannya, menurut profesor yang tahun lalu menerbitkan buku “Islam in America: Exploring the Issues” (ABC-CLIO 2019), ini, adalah: “Dia (Nabi Muhammad) akan mendorong untuk mencari perawatan medis.”

Dr Craig pun mengutip hadits yang sangat terkenal. “Manfaatkan perawatan medis (berobatlah), karena Tuhan tidak menciptakan penyakit tanpa obatnya, dengan pengecualian terhadap satu penyakit –usia tua (pikun).” Hadits ini diriwayatkan Imam Tirmidzi, Abu Daud, dan Ibnu Majah.

Hampir sekujur artikel Dr Craig, bercerita tentang Sang Nabi dan sabdanya yang sangat diperlukan umat manusia, hari-hari ini. Dan, yang menurutnya merupakan salah satu poin terpenting, Nabi mengajarkan bagaimana menyeimbangkan iman dan akal.

Dr Craig kemudian mengajak kita melihat respons umat beragama, beberapa pekan terakhir. Sebagian orang, tulisnya, bergerak terlalu jauh, dengan menyarankan bahwa berdoa akan lebih baik dan akan menjauhkan dari coronavirus, ketimbang mematuhi aturan dasar tentang sosial distancing dan karantina. Dr Craig pun mereka-reka, kira-kira apa tanggapan Nabi terhadap pendapat seperti itu.

Dan, Dr Craig menjawabnya dengan menukil sebuah kisah unta orang Badui, dalam hadits yang diriwayatkan Imam Tirmidzi. “Pertimbangkan kisah berikut. Suatu hari, Nabi Muhammad melihat seorang lelaki Badui meninggalkan untanya tanpa mengikatnya. Dia (Nabi Muhammad) bertanya kepada orang Badui tersebut, ‘Mengapa tidak engkau ikat untamu?’ Orang Badui itu menjawab, ‘Aku menaruh kepercayaan (tawakal)kepada Tuhan.’ Sang Nabi pun kemudian bersabda, ‘Ikat dulu untamu, baru kemudian tawakkal kepada Tuhan’.”

Sebagai kesimpulan, Dr Craig menyatakan bahwa Nabi Muhammad menyarankan umat untuk mencari bimbingan dalam agama mereka, namun Nabi tetap berharap mereka melakukan langkah-langkah mendasar terkait pencegahan, kestabilan, dan keselamatan. “Dengan kata lain, dia {Nabi) berharap umat menggunakan akal sehatnya.”

Lockdown Era Umar bin Khattab
---------------------------------------------------
Situasi lockdown zaman nabi, juga diterapkan oleh Umar bin Khattab ketika mengunjungi Syam. Cerita ini dikisahkan dalam buku Biografi Umar bin Khattab karya Prof. Dr. Ali Muhammad Ash Shalabi. Pada tahun 18 Hijriyah, suatu hari Umar bin Khattab bersama sabahat-sahabatnya, melakukan perjalanan menuju Syam. Sebelum memasuki Syam, di perbatasan mereka mendengar sebuah kabar tentang wabah penyakit kulit yang menjangkiti wilayah tersebut.

Penyakit kulit ini dinamai Wabah Tha’un Amwas. Penyakit menular yang menyebabkan benjolan di seluruh tubuh. Benjolan yang terus tumbuh hingga pecah, membuat penderita mengalami pendarahan hingga kematian.

Beberapa waktu kemudian, Gubernur Syam, Abu Ubaidah bin Al Jarrah, datang menemui rombongan Umar di perbatasan. Terjadi percakapan di antara para sahabat dengan Umar. Akhirnya mereka bersepakat untuk mengikuti Hadits Nabi, untuk tidak masuk ke daerah Syam yang sedang mengalami wabah, dan kembali pulang ke Madinah.

Syam diberlakukan lockdown. Setiap beberapa waktu sekali, Abu Ubaidah mengabarkan situasi kondisi yang terjadi di Syam, kepada Umar bin Khattab. Satu persatu sahabat Umar meninggal saat wabah, hingga tercatat sekitar 20 ribu orang yang wafat karena wabah. Jumlahnya hampir separuh dari penduduk Syam, termasuk di dalamnya ada Abu Ubaidah.

Posisi Gubernur kemudian digantikan oleh Amr bin Ash, Sahabat Umar. Amr bin Ash memerintahkan kepada penduduk Syam untuk saling berjaga jarak, agar tidak tidak saling menularkan penyakit, dan berpencar dengan menempatkan diri di gunung-gunung. Penularan penyakit kusta pun dapat diredam, dan Syam kembali normal.

Sumber:
–https://www.newsweek.com/prophet-prayer-muhammad-covid-19-coronavirus-1492798
–https://www.dompetdhuafa.org/id/berita/detail/lockdown-zaman-nabi

https://muslimobsession.com/coronavirus-lockdown-dan-ironi-negeri-muslim-terbesar/

LUKA BATIN ANAK KITA

Oleh mb Yunda Fitrian

"Gimana cara supaya anak tidak menyimpan luka batin jika sudah terlanjur dibentak, dicubit dan dipukul? "
.
Pertanyaan yang sering saya dapat di acara healing maupun parenting.
.
Ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan untuk meminimalisir luka batin, meskipun kita tidak bisa memastikan apakah anak benar-benar sembuh dari luka tersebut. Pada akhirnya Allah-lah tempat kita meminta.
.
Langkah pertama, mohon ampun pada Allah. Akui bahwa kita telah khilaf menuruti hawa nafsu dan bisikan syaitan ketika marah. Mintalah pertolongan Allah agar selalu diberi kekuatan untuk mengasuh sesuai syariatNya.
.
Kedua, minta maaf pada anak dengan tulus. Minta maaf yang didengarnya saat sadar, bukan hanya saat anak tidur. Jelaskan bahwa tindakan kasar itu salah. Berjanjilah tidak akan mengulanginya. Minta anak mengingatkan kita, bersungguh-sungguhlah agar tidak mengulanginya.
.
Ketiga, bantu anak mengalirkan perasaan tidak nyaman yang pernah ia rasakan akibat kekerasan orang tua. Tanyakan apa yang anak pikirkan, rasakan, inginkan, dan butuhkan saat peristiwa itu terjadi. Dengar dan terima apa yang ia sampaikan. Cara ini baru bisa dilakukan setelah anak mampu lancar berbicara.
.
Keempat, perbanyak memeluk, menyatakan kasih sayang, bermain bersama, dan berkegiatan yang menyenangkan dengan anak. Perbaiki kesalahan kita dengan melakukan banyak kebaikan. Penuhi ingatan anak dengan jutaan kenangan indah, agar bukan kenangan buruk yang lebih berkesan ketika mengingat orang tua.
.
Kelima, doakan anak dengan kebaikan. Bukan hanya doa setelah sholat dengan suara lirih. Melainkan juga doa ketika berinteraksi dengan anak, dengan suara yang dapat ia dengar. Doa seperti itu adalah pernyataan cinta dan sugesti yang berkesan bagi anak.
.
Ingatan akan kekerasan yang dilakukan orang tua memang dapat membekas sepanjang usia. Meninggalkan luka dan menggerus cinta. Namun, tidak ada kata terlambat untuk bertaubat.
.
Di sisa usia kita, biar Allah menyaksikan bahwa kita berjuang untuk menjalankan amanah sebagai orang tua dengan sepenuh jiwa. Agar Allah ridho pada kita, dan menjadikan kita keluarga penghuni surga. Aamiin.