Kisah Nyata

*Kisah Nyata: Mualaf di Persimpangan Syariat-Nya*

By: _*Irene Radjiman*_

Beberapa bulan yang lalu saya mendapat email dari salah seorang sahabat saya. Dia juga seorang mualaf sama seperti saya, Sharen namanya. Dulu Kami bertemu di sebuah lembaga pelatihan pramugari di Jogja.

Sharen mahasiswi Atmajaya, gadis cantik keturunan Tionghoa. Kalau mau banding-bandingkan kecantikan dengan Sharen, saya mending tutup muka. _Udah_ pasti kalah _jaaauuhhh_.

Sharen, si gadis Tionghoa ini bukan hanya fasih bahasa Mandarin tapi juga fasih bahasa Inggris dan bahasa Jawa. maklum Cina Semarang.

Kami sama-sama pramugari waktu itu, bedanya Sharen lebih dahulu diterima jadi pramugari reguler Garuda Indonesia, sementara saya cukup puas di Airline swasta.

Satu tahun terbang, Sharen resign untuk menikah dengan seorang pengusaha muslim. Di situlah awal dia menjadi mualaf. Mereka tinggal di kawasan Menteng Jakarta. 1 tahun menikah Sharen dikaruniai anak. Namun malang, saat anaknya masih berusia 6 bulan, suaminya mengalami depresi berat karena usahanya bangkrut. Terlilit utang ratusan juta. Suaminya stress berat nyaris gila, sehingga tidak mungkin menjalankan kewajibannya sebagai seorang suami sebagai tulang punggung yang menafkahi.

Sharen memutuskan untuk kembali terbang, _apply_ ke Saudi Arabia Airline dan alhamdulillah diterima. Dengan berat hati, dia harus titipkan anak semata wayangnya yang belum genap 1 tahun kepada ibu mertuanya untuk dirawat. Dia hanya bisa mengunjungi keluarganya paling tidak 1 tahun sekali. Sharen harus menetap di Saudi. Ia tegarkan hati, demi melunasi utang-utang suaminya, kebutuhan rumah tangga, termasuk biaya pengobatan suaminya.

10 tahun Sharen bekerja sebagai pramugari Saudi, alhamdulillah suaminya sudah pulih dan sudah mulai bangkit kembali sebagai pengusaha. Usaha suaminya kini maju dengan pesatnya. Sharen pun resign.

*Ini tulisan Sharen dalam emailnya untuk saya*:

_Dear Irene_

_Assalamualaikum wr wb_.

Semoga Irene sekeluarga selalu dalam keberkahan Allah SWT.

Aku tidak tahu tiba-tiba teringat denganmu. Dulu kita sering berkirim kabar melalui Yahoo Messenger. Tapi tiba-tiba terputus karena kesibukan kita masing-masing. Untunglah aku masih menyimpan emailmu ini. Semoga email ini terbaca olehmu.

Irene aku butuh teman. Aku tidak tahu harus bicara pada siapa dan aku juga tidak tahu harus bagaimana. Mungkin karena kita sama-sama mualaf, maka entah mengapa tiba-tiba aku mencari emailmu.

3 tahun terakhir ini adalah masa-masa bahagiaku. Aku sudah punya baby lagi berusia 1 tahun, alhamdulillah. Dia perempuan. Lengkap sudah aku memiliki 1 arjuna dan 1 srikandi. Kembali berkumpul bersama anak-anakku, suamiku, keluargaku.

Alhamdulillah 10 tahun perjuanganku di Saudi tidak sia-sia. Suamiku sudah kembali pulih, bahkan usahanya kini semakin pesat. Suamiku juga aktif mengikuti kegiatan pengajian.

Irene, 1 minggu yang lalu suamiku bicara padaku, dia akan berpoligami dengan seorang hafizhah bernama Azizah, gadis berusia 25 tahun.

Irene, kumohon jangan hakimi aku dulu dengan setiap dalil syariat Allah. Aku berharap sebagai sesama wanita kau bisa memahami yang aku rasa. Bila ia menginginkan istri seorang hafizhah, mengapa dia dulu menikahiku yang seorang Katolik?

Irene, mohon doakan aku agar aku tetap istiqamah dalam keyakinanku. Dan mohon doakan aku, agar aku tidak pernah merasa menyesal telah mengenal agama ini.

Mohon balas emailku bila tulisan ini sudah terbaca olehmu.

_Wassalamualaikum wr wb_

– Theresia Sharen Magdalena –

===================

Ada gemuruh di dalam dada usai membaca email Sharen. Aku tercenung cukup lama, tidak berani langsung membalas emailnya. Aku hanya khawatir bila langsung kubalas, maka yang tertulis hanyalah rasa seorang Irene yang justru ditakutkan akan menjadi pemberontakan pada syariat Allah.

*Tiga hari kudiamkan email Sharen. Hingga akhirnya kubalas emailnya*:

Dear Sharen

Semoga saat kau baca email ini, kau masih berkumpul bersama keluargamu dalam satu aqidah suci, Islam.

Sharen, aku rindu berjumpa denganmu. Rindu melihat mata sipitmu yang terpejam saat kau tertawa. Kuharap mata itu kini makin bercahaya dalam sinar terang bacaan ayat-ayat Alquran.

Sharen, Allah juga sedang rindu padamu. Allah ingin melihat kau tengadahkan berlama-lama tanganmu yang halus putih bersih itu.

Bila kau bisa mengingatku, sudahkah kau tumpahkan semua yang kau rasa pada Allah. Allah tidak akan menghakimimu dengan dalil-dalil-Nya. Allah akan menyentuh tanganmu yang menengadah pada-Nya. Tanyakan pada-Nya apa yang Dia inginkan darimu? Mintalah petunjuk pada-Nya. Bila poligami ini baik bagimu dan keluargamu maka Dia akan mampu membuatmu ikhlas menerimanya. Namun bila poligami ini kelak tidak mendatangkan kebaikan bagimu dan bagi keluargamu, mintalah agar prahara itu segera menjauh darimu.

Sharen, kita sudah berjalan dari gelap menuju terang. Janganlah lagi menoleh ke belakang dan berhasrat kembali pada kegelapan, hanya karena di dalam terang kita melihat ada jalan berlubang. Ingatlah selalu syariat Allah tidak pernah salah.

Doaku selalu untukmu

_Wassalamualaikum wr wb_.

===================

Wahai para suami, kami para istri tahu syariat poligami. Kami tahu hukum poligami adalah sunah bagi yang mampu. Tapi saat ada seorang istri yang belum mampu menerima poligami, janganlah kau _judge_ dia melawan syariat Allah. Janganlah kau _judge_ dia mengharamkan poligami.

Durian adalah buah yang dihalalkan, bila ada yang tidak menyukai durian, janganlah kau _judge_ dia mengharamkan durian. Periksalah dulu dirimu, begitu banyak sunah yang disyariatkan, sudahkah mampu kau jalankan semua? Sehingga kau merasa perlu menyuguhkan poligami bagi istrimu?

Terkhusus bagi kalian yang memiliki istri seorang mualaf. Insya Allah dengan hijrahnya istrimu, Surga sudah ada di tanganmu. Kewajibanmu adalah menjaganya agar tetap istiqamah menuju muslimah yang _kaffah_. Biarkan ia berproses menuju keikhlasannya dalam berhijrah. Lihatlah, betapa mengerikan kalimat terakhir dari email Sharen: _*“Doakan aku agar aku tidak menyesal telah mengenal agama ini.”*_

*Semua butuh proses*

Wahai para istri, satu hal yang perlu diingat, “suamimu bukanlah milikmu, dia milik Allah” Janganlah berlebihan mencintainya hingga membuat Allah cemburu. Ini sangat sulit, tak semudah mengetikkan kata-katanya. Saya sangat memahami, karena saya seorang wanita. Datanglah pada Allah, sujud menangis dan curhatlah di hadapan Allah saat kau merasa terabaikan semua yang telah kau lakukan dengan segenap hati dan jiwamu.

Bagi kalian wahai para wanita yang telah mampu memiliki hati seluas samudera, telah mampu ikhlas hidup dalam bahtera poligami, janganlah kau _judge_ wanita lain yang belum mampu sebagai wanita yang membangkang syariat Allah. Karena bisa jadi tanpa kau tahu dia telah melalui perjuangan yang bisa jadi lebih dahsyat dibandingkan dirimu.

Apakah Aisyah lebih baik dari Siti Khadijah yang seumur hidupnya tidak pernah dimadu oleh Rasulullah? Apakah para istri sahabat Rasulullah lebih _kaffah_ dibanding Fatimah binti Nabi Muhammad SAW, yang seumur hidupnya tidak pernah dimadu oleh Ali bin Abu Thalib?

Walau memang jamu itu terasa pahit tapi menyehatkan, dibandingkan gula yang manis tapi menyebabkan penyakit.

Kalo bisa sih pilih madu, manis, enak dan menyehatkan.

*Tapi, siapkah dimadu?*

_Barusan_ saya sudah dapat balasan email dari Sharen setelah dua bulan lebih saya menunggu. Alhamdulillah, sahabat saya masih istiqamah di dalam Islam.

Seperti apa balasan email Sharen? saya share di status berikutnya. Kepanjangan _kalo_ disambung di sini.

Mohon doakan sahabat saya agar tetap istiqamah di dalam Islam.

_Wassalam_.

========

Lebih dari dua bulan aku menunggu balasan email dari Sharen. Apa kabarmu Sharenku? Masihkah kau istiqamah di dalam Islam.

Entah mengapa aku gelisah. Ada rasa khawatir. Kucari sosmednya. Tidak ketemu. Duh mengapa Sharen tidak meninggalkan WA di dalam emailnya?

Akhirnya yang kulakukan hanya menunggu dan berdoa untuknya.

Saat aku merasa tak kuasa lagi menunggu, aku butuh dukungan saudara-saudariku seaqidah yang lain. Mohon maaf Sharen tanpa bertanya terlebih dahulu, aku share permasalahanmu. Aku berharap banyak doa terucap untuk mengetuk pintu langit bagimu.

*Tepat saat aku akan mengakhiri statusku, notification email berbunyi. Subhanallah, Sharen!*

====================

Dear Irene

Assalamualaikum wr wb.

Irene, terima kasih atas balasan emailmu. Apa kabarmu hari ini? Kamu pasti sedang memikirkan aku kan?

Berkat doamu kini aku lebih bahagia. Alhamdulillah.

Ketahuilah Irene, saat aku menulis email padamu, aku sudah mengajukan gugatan cerai untuk suamiku. Tiga hari kemudian kubaca emailmu. Isi emailmu hampir sama dengan tanggapan seorang ustadzah yang juga mualaf.

Saat itu, sejujurnya aku masih dalam kondisi marah pada Allah. Aku merasa Allah banyak meminta dari hidupku. Aku mulai berhitung setiap sedekah, amal ibadah yang telah kulakukan untuk keluargaku khususnya suamiku.

Ibu mertuaku yang sangat menyayangiku itu setiap malam menangis membujukku untuk mencabut gugatan ceraiku.

Aku gamang, aku bingung. Hingga akhirnya di 1/3 malam dimana seharusnya manusia bermunajat kepada Rabbnya, namun aku justru menumpahkan kekesalanku pada Tuhanku.

*“Apalagi yang kau inginkan dariku ya Allah!!!!!”*

“Mengapa bencana ini Kau hadirkan untukku? Bila Kau adalah Zat Yang Maha Penyayang, seharusnya Kau adalah Zat Yang Maha Perasa. Tidakkah kau bisa merasakan apa yang kurasakan? Hingga Kau turunkan syariat poligami untuk menghukumku?”

_Naudzubillah_…. doakan aku, Allah mengampuni dosaku di malam itu.
Aku tertidur. Sedikit lega rasa hatiku. Esok malamnya kuulangi lagi tengadahkan tanganku di 1/3 malam memohon ampunan karena entah mengapa tiba-tiba datang rasa bersalah. Kemudian aku mencoba saranmu. Satu minggu aku terlibat diskusi dengan Allah.

Hingga suatu hari dengan lantangnya ibu mertuaku mengatakan satu hal pada suamiku, “Pras, bila kamu tetap ingin menikahi gadis itu, pergi kamu dari rumah ini! Biarkan mama bersama Sharen dan anak-anakmu di rumah ini. Mama malu memiliki anak yang tidak tahu diri seperti kamu!”

Aku keluar dari kamarku. Ibu mertuaku langsung memelukku. “Kamu jangan pergi Sharen, biarkan Pras yang pergi. Dia tidak pantas menjadi suamimu. Maafkan mama yang telah gagal mendidik Pras menjadi laki-laki yang tahu diri.”

Aku hanya menangis dalam diam. Suamiku pun hanya menunduk diam.

Malam itu kami bertiga (aku, ibu mertuaku dan suamiku) berdiskusi.

“Baiklah ma, aku tidak akan menikahi Azizah, bila itu hanya akan membuat mama dan Sharen tersakiti. Aku sangat menyayangi kalian. Maafkan aku” suamiku memeluk kami berdua.

Aku lega, kupikir inilah jawaban dari Allah atas diskusi panjang di atas sajadahku di tiap 1/3 malam.

Namun ternyata aku salah.

Esok malamnya ba’da isya, Azizah datang ke rumahku bersama kedua orang tuanya.

Pada malam itu aku tahu, ternyata bukan suamiku yang ingin menikahi Azizah, tetapi ayah Azizah yang merupakan teman pengajian suamiku yang meminta suamiku untuk meminang anaknya. Malam itu jelas kutatap wajah Azizah. Azizah, semula kupikir dia adalah gadis belia yang cantik dengan segala pesona yang menggairahkan mata lelaki termasuk suamiku, ternyata sangat jauh dari itu. Dia gadis lugu yang selalu menundukkan kepala. Ada keteduhan di wajahnya.

Di malam itu aku tahu, Azizah memiliki miom yang akan segera dioperasi dan dokter mengatakan 90% Azizah tidak akan mampu memberikan keturunan bagi suaminya. Sudah 3 orang pemuda lajang membatalkan khitbahnya setelah mengetahui kondisi Azizah. Entah mengapa ayah Azizah memiliki trust pada suamiku.

Kudekati suamiku dan kutanya, “Kenapa mas gak pernah cerita ini sebelumnya padaku?”

Suamiku menjawab, “Karena aku tidak mau kamu menganggapnya sebagai modus”

Kudekati ibu mertuaku, “Mama, kumohon terimalah Azizah menjadi bagian dari keluarga kita. Aku ikhlas menerimanya sebagai adik maduku.”

Azizah dan ibunya nyaris tersungkur di kakiku, namun aku cegah. Kupeluk Azizah dan kukatakan, “Kau akan menjadi saudariku.”

Suamiku terperangah menyaksikan semua itu. “Kamu yakin telah ikhlas dengan keputusanmu sayang?”

“Iya mas. Nikahi dia. Dia akan menjadi bagian dari keluarga kita.” Jawabku mantap.

Suamiku terlihat masih ragu. Aku tersenyum, “Aku akan mencabut gugatan ceraiku besok.”

Alhamdulillah, seisi rumah mengucapkan hamdalah.

Dan sudah 1 bulan ini suamiku menikah dengan Azizah. Kami tinggal 1 rumah. Kurasa tak masalah, rumah kami sangat besar.

Tahukah kamu Irene, bisnis suamiku makin pesat. Kini suamiku lebih sering melibatkan aku dalam bisnisnya. Aku yang tadinya hanya di rumah mengurus rumah, kini lebih sering bersama suami untuk menangani bisnis. Anak-anakku di rumah bersama ummi Azizah (begitulah mereka memanggilnya).

Di saat tetangga kami harus membayar 5-6jt untuk seorang baby sitter, anak-anakku justru dibimbing oleh seorang hafizhah.

Tahukah Irene, anakku yang pertama sudah hafal 1 juz dalam 1 bulan selama ada Azizah. Setiap malam mereka mengaji dibimbing oleh umminya. Bayangkan bila suatu saat Arjunaku menjadi hafizh melalui pendidikan dari dalam rumah kami sendiri.

*“Maka nikmat Tuhanmu mana lagi yang kau dustakan.”*

Irene, terima kasih telah menjadi sahabatku di dunia dan di akhirat. Andai saat itu kuturuti amarahku meneruskan gugatan cerai pada suamiku, aku pasti tidak akan pernah merasakan kebahagiaan ini.

Ini pelajaran poligami yang langsung Allah ajarkan padaku. Selama ini aku berpikir poligami adalah syariat yang tidak paham pada perasaan wanita. Karena aku tidak pernah bisa menerima saat istri sedang sakit suami justru berpoligami, seakan nafsu lelaki lebih pantas untuk dilindungi. Namun ternyata kini Allah justru memilihku menjadi orang yang menjalankan poligami sebagai solusi. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana nasib gadis seperti Azizah bila tidak ada syariat poligami. Haruskah menjalani kesendirian dalam hidupnya hanya karena vonis dokter tidak mampu memberikan keturunan?

Semula kupikir ink hukuman Allah bagiku. Namun ternyata Allah sedang menyanjungku.

Irene, sudah dulu yaaa suatu saat kau harus mengenal Azizahku.

Kumohon doakan kami agar selalu menjadi keluarga yang sakinah mawadah warahmah. Kumohon juga, doakan Azizahku agar Allah berkenan menyembuhkan miomnya sehingga tidak perlu menjalani operasi dan ia bisa memberikan keturunan untuk suamiku. _Aamiin_.

Bulan depan kami bertiga akan umrah untuk meminta kesembuhan bagi Azizah. Doakan kami yaaa….

_Wassalamualaikum wr wb_

Theresia Sharen Magdalena

================

*Poligami tetaplah syariat yang benar*.

Bila banyak kasus poligami yang justru menghancurkan rumah tangga, ini karena pelakunya yang gagal paham pada syariat.

Wahai suami, kalian memang memiliki hak untuk berpoligami. Namun hak ini tidak lantas digunakan suka-suka kalian dan sesuai hawa nafsu kalian. Berdiskusilah pada Allah, apa maksud Allah mempertemukanmu dengan wanita lain. Bukan langsung menggunakan hak veto mu dengan ke-sok tahuanmu dan lantang menggunakan dalil-dalil dengan berkata, “Ini syariat yang dihalalkan Allah dan kau istri harus menerimanya. Bila tidak bersedia menerima artinya kalian telah mengingkari salah satu syariat Allah!”

Wahai istri, wanita dengan segala rasa, janganlah cepat meradang saat mendengar kata poligami. Jangan berdebat sesuai nafsumu. Cintailah Allah lebih dari kau mencintai suamimu. Ingatlah syariat Allah tidak pernah salah. Poligami bukanlah kenikmatan tambahan bagi laki-laki, namun tambahan tanggung jawab bagi laki-laki.

Wahai para suami dan para istri, libatkan selalu Allah dalam setiap galaumu. Sehingga kita terhindar dari sikap gagal paham yang sok tahu (#SelfReminder)

Untukmu Theresia Sharen Magdalena. Kau bukan hanya rupawan, namun hatimu juga sangat menawan. Kau laksana Ibrahim yang menerima perintah Allah untuk menyembelih anak sulungnya dengan ikhlas.

_Sami’naa wa atha’naa_.

_May you’re one of the best woman in heaven_.

Mohon doa untuk Sharen sekeluarga dan mohon doa untuk kesembuhan Azizah.

_Wassalam_

Fitrah tak Tuntas, Pernikahan terancam Kandas

Tingkat perceraian di Indonesia sungguh mengerikan, yaitu 300.000 lebih pertahun, itu artinya kurang lebih 960an per hari, atau 36 lebih kasus per jam. Penyebabnya beragam, namun umumnya karena banyak fitrah yang tak tuntas ketika masa anak dan masa muda sebelum pernikahan. Nah ledakannya terjadi di dalam pernikahan.

Barangkali banyak orangtua yang masih memuja akademis dalam pendidikan anak anaknya, masih memuja mengasah otak dan melejitkan kecerdasan anak anaknya, namun sayangnya, kebahagiaan masa depan anak anak kita bukan tentang banyaknya pengetahuan yang dihafal atau kecerdasan otak yang diasah, atau keterampilan bekerja yang dilatih keras, namun tentang bagaimana potensi potensi yang Allah berikan sejak lahir itu tumbuh dengan hebat dan paripurna sehingga bahagia. Bukan tentang apa yang nampak terlihat, tetapi tentang apa yang memberi dampak hebat.

Ketahuilah bahwa fitrah yang tak tumbuh dengan paripurna dan tuntas sejak masa anak, ledakan hebatnya juatru muncul ketika masa pernikahan karena di masa inilah kita hidup bersama pasangan dan memerlukan sinergi dalam peran bersama baik dalam mendidik generasi maupun dalam mewujudkanperan spesifik keluarga yang memberi manfaat dan menebar rahmat. Bayangkan kira kira apa yang terjadi ketika banyak fitrah yang tak tumbuh tuntas ketika seseorang menikah? Masa pernikahan yang seharusnya masa bersinerginya potensi fitrah, jadi masa saling menyalahkan.

Lihatlah, betapa banyak keluarga yang mengalami kepribadian ganda, mereka beragama, namun tak beraqidah, mereka tahu ilmu agama namun galau karena gairah keimanan tak tumbuh menjadi wujud keluarga yang berani membela kebenaran, malah sebaliknya, rajin haji dan umroh, rajin zakat dan sedekah namun juga rajin korupsi dan manipulasi. Uang uang haram itu tidak dianggap lagi sebagai dosa, namun sebagai bagian dari upaya dan usaha dalam bingkai indah untuk membangun ummat, lalu mereka makan dan beri makan anak anaknya. Akankah keluarga seperti ini bahagia? Hidup senang barangkali iya, namun bahagia itu tidak bisa pura pura, ia bicara nurani yang tak dapat ditipu oleh pemiliknya.

Lihatlah pasangan yang galau karena fitrah bakatnya tak tumbuh tuntas paripurna. Berapa banyak ayah karir atau ibu karir yang salah karir, salah kuliah dstnya mereka tak tahu peran sejatinya dalam bisnisnya atau sosialnya, mereka hanya bekerja karena mengejar ambisi dan harta walau membingkai dengan ucapan agar keluarga bahagia. Namun kenyataannya mereka nampak lebih layak disebut tersesat dan tidak bahagia ketika mencari kebahagiaan, walau bergelimang harta maupun bergelimang hutang. Ayah karir dan ibu karir yang tak bahagia dan tak selesai dengan dirinya dan dengan karirnya maka akan sulit menjalani biduk pernikahannya. Mereka akan menjalani rutinitas yang menjemukan, liburan dan vakansi hanyalah sarana mengentaskan stress berkarir atau kesenangan semu bukan merajut peran, menjalin cinta dan kebersamaan untuk masa depan yang penuh manfaat dan rahmat.

Lihatlah pasangan yang menjadikan gelar gelar akademis sebagai kebanggaan dan prestise tanpa karya solutif, mereka tiba di masyarakat bagai orang yang mati. Fitrah Belajar dan Bernalarnya tak tumbuh paripurna menjadi peran inovasi untuk memakmurkan bumi dan menghebatkan alam tempat dimana ia dilahirkan. Kepandaian dan titelnya hanya untuk dijajakan dan untuk kesenangan dirinya, menaikkan pamor dan mencari uang, bukan untuk menjadikan keluarganya semakin inovatif menebar manfaat dan rahmat bagi semesta. Skripsi dan tesis bahkan disertasinya hanya pencapaian ambisi namun tanpa makna, kosong dari karya inovatif bagi masyarakat. Ilmu dan kepintarannya tidak dijadikan alat untuk semakin pandai mendidik anak dan jalan menemukan peran terbaik keluarga bahkan membuat semakin tak kenal dirinya dan membuat hubungan dengan pasangan dan anaknya makin menjauh dan kering.

Lihatlah pasangan yang gagap menjadi ayah atau gagap menjadi ibu. Ini bukan masalah kurang ilmu, namun sesungguhnya fitrah seksualitas mereka tak tumbuh tuntas paripurna, sementara mereka ragu menyambut fitrah kelelakiannya untuk menjadi suami dan ayah sejati atau ragu menyambut fitrah keperempuanannya menjadi istri atau bu sejati. Mereka berkilah tentang buruknya pengasuhan mereka di masa anak, mereka bolak balik mengeluhkan innerchild dan hutang hutang pengasuhan dsbnya, namun mereka tetap tak berani menyambut panggilan untuk menjadi ayah sejati dan ibu sejati, atau panggilan untuk menjadi suami sejati dan istri sejati. Alih alih menyambut panggilan fitrah ini, banyak para orangtua lebih pandai menitipkan dan mensubkontrakkan peran mendidiknya. Keluarga yang kosong dari proses mendidik anak sendiri, ayah yang galau dengan peran keayahannya dan ibu yang galau dengan peran keibuannya, suami yang galau dengan perannya sebagai suami dan istri yang galau dengan perannya sebagai istri adalah keluarga yang berpeluang besar berpisah.

Lihatlah pasangan yang tak bisa berkolaborasi apalagi bersinergi, berebut perhatian dan ingin menang sendiri, berambisi merubah karakter bawaan pasangannya, sulit akur dalam menetapkan kebijakan keluarga dstnya, mereka sesungguhnya pasangan yang tak selesai dengan fitrah individualitasnya atau egonya ketika masa anak anak. Ego yang tak selesai kemudian menuntut haknya ketika dewasa, padahal di saat dewasa itulah saatnya menunaikan kewajiban sosialitasnya. Maka di dalam pernikahan, ego yang tak selesai ini berubah menjadi keegoisan yang berujung kepada perceraian. Masing masing mereka sebenarnya tak siap memimpin dan tak siap terpimpin. Kepemimpinan sejati adalah kepemimpinan yang paling akhir mendapatkan haknya, setelah menuntaskan kewajiban dan tanggungjawabnya.

Maka AyahBunda yang baik,

Mari fokus saja untuk saling mendukung untuk menumbuhkan atau mengembalikan cahaya fitrah pasangan masing masing, agar cahaya itu mengusir kegelapan, agar pernikahan itu menjadi cahaya yang menerangi sekitarnya.

Salam Pendidikan Peradaban

#fitrahbasededucation
#pendidikanberbasisfitrah
#fitrahbasedlife

Makan Buah

*MAKAN BUAH SAAT PERUT KOSONG*

Dokter STEPHEN MAK merawat pasien kanker stadium akhir dengan cara unik. Banyak pasiennya sembuh. "Ini merupakan strategi saya untuk menyembuhkan kanker. Tingkat keberhasilannya 80 persen," tegas Mak.

Pasien kanker seharusnya tidak mati. Terapi anti kanker sudah ditemukan yakni makanlah buah-buahan saat perut kosong atau sangat lapar. "Saya mohon maaf kepada ratusan pasien kanker yang telah meninggal akibat pengobatan konvensional," pungkasnya.

TIPS MAKAN BUAH yang TEPAT

*Hindarilah* makan buah setelah makan nasi dan lauk. Cara ini sangat dilarang atau 'haram,' jikalau Anda ingin bebas dari serangan kanker dan penyakit mematikan lainnya.

Jika Anda makan buah saat perut kosong, maka detoksifikasi sistem tubuh Anda meningkat berkali-kali lipat. Problem kelebihan berat badan dan penyakit mematikan lainnya teratasi.

DAHSYATnya BUAH-BUAHAN

Jika Anda makan nasi, lalu menyusul buah, maka buah dicegah oleh nasi sebelum menuju usus. Nasi dan buah membusuk, berfermentasi, dan berubah menjadi asam. Tubuh yang sangat asam penyebab kanker dan penyakit mematikan lainnya.

Saat buah bersentuhan dengan nasi di usus, maka seluruh massa nasi perlahan rusak. Jadi, silakan makan buah saat perut kosong atau sebelum makan nasi dan lauk.

EFEK SALAH MAKAN BUAH

Mungkin Anda pernah mendengar keluhan yakni setiap kali makan semangka, ada orang menderita sendawa, ketika makan durian perutnya kembung, ketika makan pisang rasanya segera ke toilet, dan lainnya. Kondisi ini tidak bakal terjadi, jikalau Anda makan buah apa saja saat perut kosong. Karena buah-buahnya bercampur dengan pembusukan makanan lain, sehingga menghasilkan gas dalam usus.

Rambut uban, rambut rontok, botak, gugup, dan lingkaran hitam di bawah mata tidak akan terjadi, jikalau Anda makan buah saat perut kosong.

"Jeruk dan lemon bersifat asam, tetapi menjadi alkalin (basa) di dalam tubuh, jikalau dimakan saat perut kosong," ulas dokter HERBERT SHELTON yang melakukan riset khusus tentang asam basa tubuh.

BUAH UMUR PANJANG dan SEHAT

Jika Anda menguasai cara makan buah yang benar, maka Anda memiliki rahasia keindahan tubuh, umur panjang, kesehatan, vitalitas, kebahagiaan, dan berat badan ideal.

BAHAYA BUAH yang DIPANASKAN atau DIMASAK

Saat Anda minum jus buah, minumlah jus buah segar, bukan dari kemasan kaleng, bungkusan, atau botol.

Jangan minum jus yang dipanaskan. Jangan makan buah yang dimasak, karena semua nutrisi sudah hilang. Anda hanya mendapatkan rasanya saja. Memasak buah-buahan akan menghancurkan semua vitamin yang ada dalam buah. Makan buah utuh lebih baik dari pada minum jus.

Jika pun Anda minum jus buah segar, minumlah dengan perlahan, karena Anda harus membiarkannya bercampur dengan air liur (ensim di mulut) sebelum menelannya.

TERAPI BUAH TIGA HARI BERTURUT-TURUT tanpa NASI dan LAUK

*Silahkan* Anda coba mengkonsumsi buah selama 3 hari berturut-turut untuk membersihkan semua racun (detoksifikasi) di tubuhnya---hanya makan buah dan minum jus buah segar selama 3 hari berturut-turut tanpa makan nasi dan lauk. Teman-teman Anda akan melihat Anda lebih segar, cantik, dan enerjik.

BAHAYA MINUM AIR DINGIN setelah MAKAN: PEMICU KANKER

Jika Anda *sering* minum *air dingin* (air es) setelah makan, maka tamatlah hidup Anda. Karena semua jenis kanker siap menghancurkan tubuh Anda.

Minum air es setelah makan sangatlah nikmat, tetapi sangatlah membawa sengsara. Air es mengentalkan semua makanan berminyak yang baru saja Anda makan. Akibatnya proses pencernaan menjadi sangat lambat. Usus akan sangat cepat rusak, karena memaksa kerjanya.

Lebih dari itu, makanan berlemak dan telah membeku akan melapisi dinding usus Anda, sehingga perlahan memicu kanker usus.

Tentu saja Anda akan semakin gemuk dan sekaligus perlahan menginap kanker ganas. Karena itu, minumlah sup hangat atau air hangat setelah makan.

Semakin Anda tahu, semakin besar peluang Anda untuk bertahan hidup, sehat, dan umur panjang tanpa biaya mahal.